Saturday, November 3, 2012

Response-Reader Tentang Penggunaan Bahasa dalam Film Punk in Love


Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa simbol-simbol yang dihasilkan oleh alat wicara manusia (Keraf, 1973:1). Bahasa menurut Kridalaksana (dalam Chaer, 1994:32) “Bahasa adalah sistem lambing yang arbiter yang digunakan oleh para anggota kelompok social untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri”. Sedangkan definisi lain bahasa menurut Sugihastuti (2008:8) adalah alat komunikasi yang efektif antar manusia dalam berbagai macam situasi. Bahasa dapat digunakan dalam penyampaian gagasan ide dari pembicara ke pendengar atau penulis ke pembaca.
Bahasa merupakan alat perantara dalam proses interaksi manusia dengan manusia lain. Meskipun bahasa tidak pernah lepas dari manusia, namun belum ada angka pasti berapa jumlah bahasa di dunia (Crystal, dalam Chaer, 1994:33). Bahasa berhubungan dengan kebudayaan manusia, dimana kebudayaan manusia muncul setelah bahasa lahir dan ada pula yang berpendapat bahwa bahasa merupakan pusat dari sebuah kebudayaan. Bahasa dipandang sebagai produk sosial atau produk budaya, bahkan merupakan bagian tak terpisahkan dari kebudayaan. Sebagai produk sosial atau budaya, bahasa adalah wadah aspirasi sosial, perilaku masyarakat, dan wadah penyingkapan budaya termasuk teknologi yang diciptakan oleh masyarakat pemakai bahasa itu (Sumarsono, 2002: 20). Bahasa merupakan warisan masyarakat serta bagian dari tradisi masyarakat yang penting, dimana bahasa digunakan sebagai media budaya. Bahasa dan kebudayaan selalu terealisasi secara bersamaan, maksudnya ketika belajar bahasa asing maka terlebih dahulu mengenal kebudayaannya sehingga terjadi timbal-balik di dalamnya. Apabila tidak ada jalinan antara belajar bahasa dan kebudayaan mengakibatkan proses belajar bahasa atau kebudayaan tidak maksimal.
Salah satu hasil budaya manusia adalah film yang memberi efek audio-visual dalam menyampaikan gagasan ide kepada penonton. Film secara harfiah adalah Cinemathographie merupakan gabungan antara kata Cinema + Tho/Phytos (cahaya) dan Graphie/Grhap (tulisan, gambar, citra), jadi pengertian dari film adalah melukiskan gerak dengan cahaya. (Ayonana. http://ayonana.tumblair.com/post/definisi-film, diakses pada 04/052011)
Film, sinema, movie atau gambar bergerak (dalam bahasa Inggris Motion Picture) adalah serangkaian gambar-gambar yang diproyeksikan pada sebuah layar agar tercita ilusi (tipuan) gerak yang hidup. (Masbadar. http://masbadar.com/2008/03/14/definisi-film-sinema-gambar-bergerah-motion-picture, diakses 04/05/2011). Film, sinema, movie atau gambar bergerak menjadi salah satu hiburan yang popular di dunia dan membuat manusia melarutkan diri dalam dunia imajinasinya untuk waktu tertentu. Meski demikian, film juga mengajarkan manusia tentang berbagai hal seperti sejarah, ilmu pengetahuan, tingkah laku manusia dan berbagai macam hal lainnya.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, bahwa film mengajarkan manusia tentang banyak hal, temasuk belajar bahasa asing. Film membatu seseorang dalam pelafalan dan memberi kosakata-kosakata baru selain belajar dari buku atau kursus. Biasanya, film yang disukai oleh masyarakat Indonesia adalah film yang menggunakan bahasa Inggris, dimana bahasa tersebut mejadi bahasa Internasional di dunia. Namun, film Indonesia juga tidak kalah bersaing dengan film-film manca dalam penggunaan bahasa. Salah satunya adalah film Punk in Love dirilis pada tanggal 9 Juli 2009 dengan sutradara Ody C. Harahap. Film ini dibintangi oleh Vino G. Bastian, Andhika Pratama, Yogi Finanda, Aulia Sarah, Catherine Wilson, Girinda Kara, dan Davina Veronica.
Film Punk in Love menawarkan sebuah kisah cinta sederhana yang membawa pada sebuah petualangan besar. Sebuah road movie yang sarat dengan pemadangan menawan sepanjang pulau Jawa, penuh amanat, dan bumbu persahabatan, serta unsure komedi konyol yang kocak dan dijamin mampu membuat terpingkal-pingkal. Banyak kejutan tak terduga terjadi sepanjang durasi film serta alur cerita yang berjalan cepat, sehingga membuat perhatian penonton akan terfokus sepanjang film. Dan juga, akting para pemeran sangat baik, terutama Vino yang aktingnya total dalam film ini. (Anonim. http://wikipedia.org/wiki/Punk_In_Love, diakses 15/04/2011)
Selain itu bahasa yang digunakan dalam film  Punk in Love adalah bahasa Jawa yang digunakan sehari-hari, mulai dari penggunaan bahasa Jawa kasar, umpatan-umpatan, dan bahasa slang ditampilkan di dalamnya. Dialog-dialog yang digunakan dalam flim Punk in Love termasuk dalam bahasa campur kode (code-mixing), yaitu menyelipkan bahasa lain ketika pemakaian bahasa tertentu. Nababan (1989:32) menegaskan bahwa suatu keadaan berbahasa lain bilamana orang mencampurkan dua (atau lebih) bahasa atau ragam bahasa dalam situasi berbahasa menuntut pencampuran bahasa itu, maka disebut dengan campur kode. Dengan demikian, situasi dan kebiasaan yang dimiliki oleh penutur menentukan akan terjadi campur kode dalam bahasa atau tidak. Oleh karena itu, masyarakat pengguna bahasa sangat beragam sehingga bahasa yang dipergunakan juga beragam. Keragaman bahasa tersebut menghasilkan apa yang disebut dengan variasi bahasa. Sebenarnya dalam variasi bahasa terdapat dua pandangan yang berbeda. Pertama, variasi dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa dan keragaman fungsi bahasa.
Pemilihan bahasa berpengaruh dalam menentukan pencitraan serta penyampaian gagasan ide kepada pembaca atau penonton. Apabila penutur menggunakan bahasa yang tidak dimengerti oleh lawan tutur maka akan terjadi kesalahpahaman antar keduanya. Seperti film Punk in Love bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa kasar atau orang Jawa sebut dengan Jawa Ngoko dan di lain pihak merupakan bahasa yang unik (bagi mereka yang tidak bisa bahasa Jawa). Apabila dibiarkan tanpa adanya pengawasan dapat mengakibatkan dampak negatif bagi generasi muda. Terutama anak-anak dan kalangan pelajar yang menerima stimulus lebih cepat daripada orang dewasa. Karena otak manusia 50% menangkap dan mengingat apa yang didengar dan dilihatnya. Ditambah lagi dengan adanya Website yang menyediakan film-film untuk dapat diunduh dengan gratis. Tidak menutup kemungkinan bahasa-bahasa yang digunakan dalam film tersebut akan mempengaruhi pribadi dan berbahasa anak.
Namun, di balik semua itu film Punk in Love menyindir habis beberapa aturan main kemasyarakatan negeri ini. bagaimana ketika tokoh Mojo sekarat karena luka di kakinya (infeksi dan terserang Titanus), pihak rumah sakit tidak mau menerima mereka. Dan seperti kenyataan dalam film tersebut, dengan mudah dapat jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Ketika seseorang tidak mampu secara materi, jangan harap mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak. Kesehatan di negeri ini sangat mahal. Seperti yang diungkapkan Eko Prasetyo dalam bukunya Orang Miskin Dilarang Sakit.
Pada akhirnya, penonton yang menilai sendiri film Punk in Love memberi dampak negatif atau positif bagi dirinya. Hal tersebut tergantung pada kemampuan dan pengalaman penonton dalam memberi pemaknaan pada film tersebut. Secara kasesastraan film Punk in Love memiliki nilai lebih karena dari segi yang cerita bagus, amanat yang disampaikan film ini sangat membangun, dan juga apa sebenarnya Punkers, mulai dari slogan Punk “anti kemapanan”. Dalam film itu diartikan, bahwa yang dinamakan dengan “anti kemapanan” adalah aturan hidup di dalam masyarakat, tidak bergantung pada orang lain, bebas dalam mengatur diri sendiri dengan cara sendiri. Mengingat konsep Presiden Soerkarno, BERDIKARI (berdiri di atas kaki sendiri), tidak bergantung dengan negara-negara lain, dalam upaya pembangunan negara. Namun, dari segi penggunaan bahasa sangat disayangkan karena penggunaan campur kode, bahasa Slang, dan umpatan setiap dialognya memberi dampak negatif bagi penonton. Karena bagi penonton yang tidak bisa berbahasa Jawa merupakan hal baru yang perlu untuk dipelajari. Sedangkan, bagi penonton yang bisa berbahasa Jawa tidak mempersalahkan hal tersebut karena sudah terbiasa bahkan sering digunakan dalam percakapan sehari-hari (namun melihat dengan siapa dan dimana bahasa itu digunakan).
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan karena penggunaan bahasa dalam dialog-dialog film Punk in Love apakah memberi pengaruh buruk bagi penikmat film atau tidak Karena bahasa yang digunakan dalam film tersebut adalah bahasa Jawa kasar dan jorok, meskipun di Jombang bahasa seperti itu sudah biasa didengar. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuwanah (2010:69) tentang Multilingualisme dalam film Lost In Love Karya Rahmania Arunita sebuah Tinjauan Sosiolinguistik. Analisinya terhadap film tersebut berdasarkan variasi bahasa berkenaan dengan pemakaiannya dalam bidang penggunaan, gaya/keformalan, dan sarana penggunaan. Pada film Lost In Love tinggkat formalitas dialognya pada gaya/ragam santai, akrab, usaha (konsultatif). Selain itu, penelitian mengenai response-reader tehadap penggunaan bahasa belum dilakukan di STKIP PGRI Jombang.
Dalam penelitian ini peneliti lebih fokus pada pengaruh dialog-dialog yang digunakan dalam film Punk in Love terhadap berbahasa penonton. Karena bahasa yang digunakan dalam dialog-dialognya penuh dengan kata-kata kasar, jorok dan umpatan-umpatan yang biasa didengar oleh peneliti sebelumnya. Apakah bahasa yang digunakan dalam film tersebut digunakan dalam berbahasa penonton ketika berkomunikasi dengan orang lain, yang notabenya film ini bergenre komedi.

0 comments:

Post a Comment

 

Amine Voice © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates